sumber: I LOVE ALLAH on Facebook
Di dalam banyak lingkup atau presentasi Islam, saya sering ditanya dengan pertanyaan yang sama dari saudara-saudara muslimin dan muslimah: “Saya ingin sekali dekat dengan Allah, tetapi tidak tahu bagaimana, atau saya tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Kadang saya berhasil untuk lebih dekat dengan-Nya disaat saya menghabiskan waktu dengan teman-teman yang memberi efek baik pada saya, tetapi ketika mereka tidak lagi berada di sekitar saya, saya kehilangan kedekatan tersebut, saya menjadi tidak mampu kembali.
Allah, Yang Maha Agung adalah yang Terbaik dalam merespon akan hal ini:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah 2:186)
Sebagai muslim, kita percaya akan Firman-firman Allah, kemudian apakah kita tidak akan percaya akan ayat tersebut di atas? Tentunya kita ingin mempercayainya, tetapi apa yang sebenarnya menjadikan kita tetap percaya di dalam hati kita dan merasakannya disaat kita memanjatkan doa?
Jika kita dapat membayangkan akan keindahan pemandangan yang ada di hadapan kita, tetapi juga terdapat tabir atau tirai antara kita dengan pemandangan tersebut. Kita akan medapatkan sekilas keindahan, tetapi tidak semuanya. Kita ingin melihat keseluruhan, tetapi kita tetap berada di tempat kita dan tidak beranjak dari posisi kita sehingga kita dapat melihat keseluruhan pemandangan.
Menyingkap tirai atau tabir akan membutuhkan tantangan-tantangan berikut ini:
Pertama, harus ada keinginan yang teramat sangat,
Kedua, Mengetahui Bagaimana,
Ketiga, Tetap terbuka terhadap keseluruhan pemandangan di setiap saat.
Terkadang kita berpikir untuk memiliki keinginan lebih dekat dengan Allah, tetapi keinginan tersebut tidak cukup kuat. Keyakinan merupakan suatu bibit. Yang harus ditanam di tanah yang subur dan cukup air. Ini merupakan suatu proses yang akan memakan waktu dan penetapan.
Untuk memulainya, kita harus mencari tahu tugas terpenting apa yang Allah jelaskan kepada kita.
Aksi harus didahulukan untuk pembersihan hati kita terhadap hal-hal yang tidak disukai Allah. Hal ini mungkin tidak akan mudah, khususnya bagi generasi muda, dalam ketaatan dan ibadah. Ini merupakan langkah pertama untuk mencapai kedekatan dengan Allah.
Di dalam Hadith Qudsi, Rasulullah S.A.W menyampaikan firman Allah:
”... hamba-Ku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu lain yang disayangi kepada-Ku lebih dari apa yang Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku tetap mendekatkan diri kepada-Ku secara sukarela, sampai Aku mencintainya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi telinganya untuk mendengar, menjadi penglihatannya untuk melihat, menjadi tangannya untuk memegang, dan menjadi kakinya untuk berjalan. Jika dia meminta apapun pada-Ku, maka akan Aku berikan. Jika dia membutuhkan perlindungan-Ku maka dia akan mendapatkan perlindungan-Ku... ” (Al-Bukhari 6021)
Ketika melaksanakan ibadah yang benar, seseorang harus memilih cara untuk kesalehan dan kebenaran yang dimaksud dalam hadith; suatu langkah yang besar untuk mendekatkan diri kepada-Nya Yang Maha Kuasa. Seseorang yang memiliki ketaqwaan atau kesalehan, adalah seseorang yang secara keseluruhan melakukan hal-hal yang baik dan berkeinginan untuk lebih depan dalam melakukan kebaikan.
”Dan orang-orang yang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga), mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah), berada dalam surga kenikmatan.” (Al-Waqi’ah 56;10-12)
Dia selalu mengingat akan kerendahan hatinya di depan Allah, dan mengetahui bahwa dia dapat berdoa pada Allah dengan harap dan takut. Dia sangat berkeinginan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
”Berdoalah kepada Tuhan-mu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya Rahmat Allah Sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Al-A’raf 7:55-56)
Secara natural, kita juga mengetahui bahwa beramal merupakan cara lain untuk membawa diri lebih dekat dengan Sang Pencipta, dimana Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang memberikan kepada yang membutuhkan dari kekayaan yang dimilikinya dan membenci hamba-hamba-Nya yang keras hati.
Di dalam Hadith Qudsi, Rasulullah S.A.W. menyampaikan Firman Allah:
“Allah akan berkata di Hari Pembalasan… Wahai anak Adam, Aku meminta padamu makanan dan kamu tidak memberikan pada-Ku. Dia (anak Adam) akan berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku hendak memberikan pada-Mu padahal Engkau adalah Tuhan di seluruh dunia ini? Allah akan berkata: Tidakkah kamu tahu bahwa hamba-Ku juga dan dia juga meminta makanan padamu tetapi kamu tidak memberikannya? Tidakkah kamu tahu jika kamu memberinya berarti kamu juga memberikannya pada-Ku? Wahai anak Adam, Aku meminta padamu untuk memberikan-Ku minum dan kamu tidak memberikan-Ku minum. Dia akan berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku harus memberikan Engkau minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan di seluruh dunia ini? Allah akan berkata: Begitu juga hamba-Ku dan ketika meminta minum padamu, kamu tidak memberinya minum. Seandainya kamu memberinya minum maka kamu akan mendapatkannya pada diri-Ku.” (Muslim)
Orang ini memiliki keinginan untuk membawa dirinya untuk lebih dekat kepada Pencipta-nya. Jika dia melakukan semua hal ini dan masih merasa tidak dekat dengan Allah sesuai keinginnannya, maka dia harus melihat lingkungannya dan dengan siapa dia berteman dan di dalam kondisi apa gaya hidupnya. Apakah teman-temannya mengabaikan Allah dan sering berada dalam suatu percakapan atau aktifitas yang Allah tidak sukai? Apakah anggota keluarganya sibuk menghabiskan waktu menonton acara-acara TV yang tidak disukai Allah dan dia berpartisipasi dengan mereka? Apakah teman-teman dan keluarganya penyebab kelemahan dalam agamanya? Apakah dia berpakaian secara Islami?
Pengaruh teman dekat adalah sangat besar lebih dari yang kita bayangkan. Seseorang harus mengambil keputusan dengan siapa kita harus berteman dekat. Mengetahui cara meningkatkan tendensi kita kepada masyarakat dan kehidupan yang berguna. Allah memperingatkan kita untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk.
”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun 63:9)
Aksi harus diawali dengan membersihkan hati kita dari hal yang tidak disukai Allah. Hal ini memang tidak mudah, khususnya bagi generasi muda. Karenanya, mereka harus ingat bahwa mereka adalah masa depan Islam dan mereka adalah orang-orang yang akan mempengaruhi hal yang baik kepada masyarakat lainnya. Apa yang lebih baik dibanding mengetahui kebaikan yang dilakukannya semata-semata demi menyenangkan Sang Pencipta?
”Jika dia (orang yang mati) itu termauk yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta syurga (yang penuh) kenikmatan.” (Al-Waqi’ah 56:88,89)
Untuk menjaga kedekatan dengan Allah, disamping hal yang direkomendasikan tersebut di atas, seseorang juga harus banyak berzikir atau mengingat Allah sesering mungkin.
”Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab 33:41-42)
Zikir dapat mengosongkan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang tidak murni dan membawa kita kepada arti sesungguhnya dalam hidup ini.
“.. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d 13;28)
Akhirnya, karena kita percaya akan Firman-firman Allah, kita mendapatkan solusi akan kedekatan kepada Sang Pencipta yang diberikan kepada kita oleh-Nya.
”Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan Ingat kepadamu.” (Al-Baqarah 2:152)
Oleh: Raya Shokatfard
”Barangsiapa mengajarkan kebaikan kepada yang lainnya akan mendapatkan imbalan sama dengan orang yang mengerjakan kebaikan itu sendiri.” (Sabda Rasulullah S.A.W. – Shahih Muslim).
Di dalam banyak lingkup atau presentasi Islam, saya sering ditanya dengan pertanyaan yang sama dari saudara-saudara muslimin dan muslimah: “Saya ingin sekali dekat dengan Allah, tetapi tidak tahu bagaimana, atau saya tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Kadang saya berhasil untuk lebih dekat dengan-Nya disaat saya menghabiskan waktu dengan teman-teman yang memberi efek baik pada saya, tetapi ketika mereka tidak lagi berada di sekitar saya, saya kehilangan kedekatan tersebut, saya menjadi tidak mampu kembali.
Allah, Yang Maha Agung adalah yang Terbaik dalam merespon akan hal ini:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah 2:186)
Sebagai muslim, kita percaya akan Firman-firman Allah, kemudian apakah kita tidak akan percaya akan ayat tersebut di atas? Tentunya kita ingin mempercayainya, tetapi apa yang sebenarnya menjadikan kita tetap percaya di dalam hati kita dan merasakannya disaat kita memanjatkan doa?
Jika kita dapat membayangkan akan keindahan pemandangan yang ada di hadapan kita, tetapi juga terdapat tabir atau tirai antara kita dengan pemandangan tersebut. Kita akan medapatkan sekilas keindahan, tetapi tidak semuanya. Kita ingin melihat keseluruhan, tetapi kita tetap berada di tempat kita dan tidak beranjak dari posisi kita sehingga kita dapat melihat keseluruhan pemandangan.
Menyingkap tirai atau tabir akan membutuhkan tantangan-tantangan berikut ini:
Pertama, harus ada keinginan yang teramat sangat,
Kedua, Mengetahui Bagaimana,
Ketiga, Tetap terbuka terhadap keseluruhan pemandangan di setiap saat.
Terkadang kita berpikir untuk memiliki keinginan lebih dekat dengan Allah, tetapi keinginan tersebut tidak cukup kuat. Keyakinan merupakan suatu bibit. Yang harus ditanam di tanah yang subur dan cukup air. Ini merupakan suatu proses yang akan memakan waktu dan penetapan.
Untuk memulainya, kita harus mencari tahu tugas terpenting apa yang Allah jelaskan kepada kita.
Aksi harus didahulukan untuk pembersihan hati kita terhadap hal-hal yang tidak disukai Allah. Hal ini mungkin tidak akan mudah, khususnya bagi generasi muda, dalam ketaatan dan ibadah. Ini merupakan langkah pertama untuk mencapai kedekatan dengan Allah.
Di dalam Hadith Qudsi, Rasulullah S.A.W menyampaikan firman Allah:
”... hamba-Ku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu lain yang disayangi kepada-Ku lebih dari apa yang Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku tetap mendekatkan diri kepada-Ku secara sukarela, sampai Aku mencintainya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi telinganya untuk mendengar, menjadi penglihatannya untuk melihat, menjadi tangannya untuk memegang, dan menjadi kakinya untuk berjalan. Jika dia meminta apapun pada-Ku, maka akan Aku berikan. Jika dia membutuhkan perlindungan-Ku maka dia akan mendapatkan perlindungan-Ku... ” (Al-Bukhari 6021)
Ketika melaksanakan ibadah yang benar, seseorang harus memilih cara untuk kesalehan dan kebenaran yang dimaksud dalam hadith; suatu langkah yang besar untuk mendekatkan diri kepada-Nya Yang Maha Kuasa. Seseorang yang memiliki ketaqwaan atau kesalehan, adalah seseorang yang secara keseluruhan melakukan hal-hal yang baik dan berkeinginan untuk lebih depan dalam melakukan kebaikan.
”Dan orang-orang yang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga), mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah), berada dalam surga kenikmatan.” (Al-Waqi’ah 56;10-12)
Dia selalu mengingat akan kerendahan hatinya di depan Allah, dan mengetahui bahwa dia dapat berdoa pada Allah dengan harap dan takut. Dia sangat berkeinginan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
”Berdoalah kepada Tuhan-mu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya Rahmat Allah Sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Al-A’raf 7:55-56)
Secara natural, kita juga mengetahui bahwa beramal merupakan cara lain untuk membawa diri lebih dekat dengan Sang Pencipta, dimana Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang memberikan kepada yang membutuhkan dari kekayaan yang dimilikinya dan membenci hamba-hamba-Nya yang keras hati.
Di dalam Hadith Qudsi, Rasulullah S.A.W. menyampaikan Firman Allah:
“Allah akan berkata di Hari Pembalasan… Wahai anak Adam, Aku meminta padamu makanan dan kamu tidak memberikan pada-Ku. Dia (anak Adam) akan berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku hendak memberikan pada-Mu padahal Engkau adalah Tuhan di seluruh dunia ini? Allah akan berkata: Tidakkah kamu tahu bahwa hamba-Ku juga dan dia juga meminta makanan padamu tetapi kamu tidak memberikannya? Tidakkah kamu tahu jika kamu memberinya berarti kamu juga memberikannya pada-Ku? Wahai anak Adam, Aku meminta padamu untuk memberikan-Ku minum dan kamu tidak memberikan-Ku minum. Dia akan berkata: Wahai Tuhanku, bagaimana aku harus memberikan Engkau minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan di seluruh dunia ini? Allah akan berkata: Begitu juga hamba-Ku dan ketika meminta minum padamu, kamu tidak memberinya minum. Seandainya kamu memberinya minum maka kamu akan mendapatkannya pada diri-Ku.” (Muslim)
Orang ini memiliki keinginan untuk membawa dirinya untuk lebih dekat kepada Pencipta-nya. Jika dia melakukan semua hal ini dan masih merasa tidak dekat dengan Allah sesuai keinginnannya, maka dia harus melihat lingkungannya dan dengan siapa dia berteman dan di dalam kondisi apa gaya hidupnya. Apakah teman-temannya mengabaikan Allah dan sering berada dalam suatu percakapan atau aktifitas yang Allah tidak sukai? Apakah anggota keluarganya sibuk menghabiskan waktu menonton acara-acara TV yang tidak disukai Allah dan dia berpartisipasi dengan mereka? Apakah teman-teman dan keluarganya penyebab kelemahan dalam agamanya? Apakah dia berpakaian secara Islami?
Pengaruh teman dekat adalah sangat besar lebih dari yang kita bayangkan. Seseorang harus mengambil keputusan dengan siapa kita harus berteman dekat. Mengetahui cara meningkatkan tendensi kita kepada masyarakat dan kehidupan yang berguna. Allah memperingatkan kita untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk.
”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun 63:9)
Aksi harus diawali dengan membersihkan hati kita dari hal yang tidak disukai Allah. Hal ini memang tidak mudah, khususnya bagi generasi muda. Karenanya, mereka harus ingat bahwa mereka adalah masa depan Islam dan mereka adalah orang-orang yang akan mempengaruhi hal yang baik kepada masyarakat lainnya. Apa yang lebih baik dibanding mengetahui kebaikan yang dilakukannya semata-semata demi menyenangkan Sang Pencipta?
”Jika dia (orang yang mati) itu termauk yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta syurga (yang penuh) kenikmatan.” (Al-Waqi’ah 56:88,89)
Untuk menjaga kedekatan dengan Allah, disamping hal yang direkomendasikan tersebut di atas, seseorang juga harus banyak berzikir atau mengingat Allah sesering mungkin.
”Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab 33:41-42)
Zikir dapat mengosongkan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang tidak murni dan membawa kita kepada arti sesungguhnya dalam hidup ini.
“.. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d 13;28)
Akhirnya, karena kita percaya akan Firman-firman Allah, kita mendapatkan solusi akan kedekatan kepada Sang Pencipta yang diberikan kepada kita oleh-Nya.
”Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan Ingat kepadamu.” (Al-Baqarah 2:152)
Oleh: Raya Shokatfard
”Barangsiapa mengajarkan kebaikan kepada yang lainnya akan mendapatkan imbalan sama dengan orang yang mengerjakan kebaikan itu sendiri.” (Sabda Rasulullah S.A.W. – Shahih Muslim).
0 comments:
Post a Comment